MANAJEMEN SATWA LIAR DAN DINAMIKA POPULASI
Disusun Oleh:
RIANTI LESTIKA SIMANJORANG (D1D03035)
KELAS A SEMESTER VI
Dosen Pengampu:
DRS.ASRIZAL PAIMAN, M.S
JURUSAN
KEHUTANAN
FAKULTAS
KEHUTANAN
UNIVERSITAS
JAMBI
2016
Tugas 1
1.Hewan atau spesies
yang liar kemudian didomistikasi disebut?
Jawaban : Hewan liar atau satwa liar, karena hewan tersebut adalah adalah hewan yang lahir, tumbuh dan
besar di habitat mereka di alam bebas. Habitat alam bebas ini bisa di mana
saja, baik di hutan belantara, padang rumput, laut, rawa dan lain-lain. Waluapun hewan ini didomistikasi apabila hewan tersebut masih
mempunyai sifat liar, maka tetap disebut
satwa liar.
2.Hewan ternak yang
dilepas kealam liar disebut?
Jawaban : Hewan liar, meskipun hewan tersebut
telah didomestikasi atau dipelihara atau
dibiasakan hidup bersama manusia.
Namun tetap dikatakan hewan liar karena hewan ternak adalah hewan
yang dengan sengaja dipelihara sebagai sumber pangan,
sumber bahan baku industri, atau sebagai pembantu pekerjaan manusia. Tetapi kerena hewan tersebut tidak didomistikasi lagi
maka tidak dapat disebut hewan ternak.
Tugas 2
1.Bagaimana satwa
liar membantu manusia menjaga keseimbangan alam? Berikan Contoh!
Jawaban :
a. Penyeimbang
siklus rantai makanan dan Jaring-jaring makanan.
Keberadaan
satwa liar yang menduduki posisi konsumen III akan mampu memberi keseimbangan
pada alam. Ketika satwa liar sudah tidak ada maka akan ada pertumbuhan spesies
yang berlebih pada suatu ekosistem yaitu konsumen II dan produsen dan ada juga
spesies yang pertumbuhannya semakin lama semakin berkurang yaitu konsumen I.
Kondisi seperti ini menunjukkan ketidakseimbangan maka dari itu diperlukan
adanya satwa liar yang berparan sebagai konsumen III yang memegang peranan
sebagai penyeimbang alam.
b. Menjaga Regenerasi Hutan
Melalui
penyerbukan semak, tumbuhan berbunga,dan penyebaran biji-bijian. Sebagai
contoh, orangutan berperan dalam menjaga kelestarian banyak jenis tumbuhan di
hutan. Ada sekitar 12 jenis tumbuhan yang tersebar melalui biji-bijian yang di
buang pada saat makan dan ada 23 jenis tumbuhan lain yang disebar lewat
tinjanya ( Galdikas, 1982 dalam Meijaard, 2001). Banyak biji yang bahkan tidak
akan berkecambah kalau dinding bijinya tidak teluka atau telah mendapat
pengaruh kimia dari saluran pencernaan satwa liar.
Suatu ekosistem
hutan yang terjaga siklus dan regenerasinya akan mampu menjalankan fungsinya
dengan baik, yaitu antara lain sebagai sumber ke anekaragaman hayati satwa dan
tumbuhan yang hidup di dalamnya, penghasil oksigen, mata air,serta menjaga suhu
udara tetap stabil.
Tugas 3
1. Satwa Kunci
Sumatera.
Jawaban :
a. Badak Sumatera (Dicerorhinus sumatrensis)
b. Harimau Sumatera (Panthera tigris)
c. Orangutan Sumatera ((Pongo abelii)
d. Gajah Sumatera (Elaphus maximus)
e. Dara laut (Sterna sumatrana)
a. Badak Sumatera (Dicerorhinus sumatrensis)
b. Harimau Sumatera (Panthera tigris)
c. Orangutan Sumatera ((Pongo abelii)
d. Gajah Sumatera (Elaphus maximus)
e. Dara laut (Sterna sumatrana)
Tugas 4
Identifikasi Jenis dan Satwa
Pada Lab.Konservasi Fahutan
a.Trenggiling
Klasifikasi
Filum : Chordata
Kelas : Mammalia
Ordo : Pholidota
Famili : Manidae
Genus : Manis
Spesies : Manis javanica
Habitat : Manis javanica
yang hidup di hutan hujan tropis dataran rendah yang dapat ditemukan di Asia
Tenggara (Indonesia dan Malaysia).
Morfologi :
Hewan ini juga memiliki morfologi tubuh yang unik. Permukaan tubuh bagian
dorsal terdapat sisik-sisik yang keras dan diantara sisik tersebut terdapat
rambut-rambut yang kasar. Sisik-sisiknya merupakan derivat kulit yang
berkembang dari lapisan basal epidermis. Sisik ini hanya tumbuh pada bagian
dorsal tubuhnya dan berwarna coklat terang, sedangkan pada bagian ventral
tubuhnya tidak terdapat sisik dan hanya terdapat rambut-rambut.
Anatomi : Menurut tipenya trenggiling memiliki
12-16 ruas tulang punggung, 5-6 ruas tulang pinggang, 2-4 ruas tulang
kelangkang dan 21-47 ruas tulangh ekor. Tubuh trenggiling ditunjang oleh empat
kaki yang pendek yang tiap-tiap kaki dilengkapi lima jari dan kuku cakar yang panjang
dan melengkung. Kuku cakar pada kaki
depan biasanya lebih panjang berperan ketika trenggiling menggali lubang semut
atau rayap.
Tingkah Laku:Mekanisme pertahanan diri dengan cara menggulungkan tubuhnya seperti bola
jika terancam. Trenggiling yang hidup di tanah
karena kekuatannya yang luar biasa mampu membongkar gundukan rayap yang paling
keras. Serangga dijilat dengan lidahnya yang secara teratur dibasahi oleh
cairan kelenjar ludah.
b.Buaya
Muara
Klasifikasi
Filum : Chordata
Kelas : Reptilia
Ordo : Crocodilia
Famili : Crocodilidae
Genus : Crocodilus
Spesies : Crocodilus
porosus
Habitat : Buaya
umumnya hidup di wilayah Asia Tenggara
hingga ke Australia utara. Menghuni habitat perairan tawar
seperti sungai, danau, rawa dan lahan basah
lainnya, namun ada pula yang hidup di air payau
seperti buaya muara.
Makanan utama buaya adalah hewan-hewan bertulang belakang
seperti bangsa ikan, reptil dan mamalia,
kadang-kadang juga memangsa moluska dan krustasea.
c.Buaya
Sinyulong
Klasifikasi
Filum : Chordata
Kelas : Reptilia
Ordo : Crocodilia
Famili : Crocodilidae
Genus : Tomistoma
Spesies :Tomistoma schlegelii
Habitat : Buaya
yang merupakan spesies rentan ini hanya terdapat di Indonesia dan Malaysia.
Populasi terbesar di Sumatera dan Kalimantan. Spesies buaya ini hidup dan
berkembang di hutan rawa, dimana buaya ini membuat sarangnya di bantaran
sungai.
Morfologi :
Moncongnya pipih dan tajam. Kulitnya berwarna kecoklatan waktu muda dan
menghitam setelah dewasa. Panjang maksimum mencapai lima meter, namun spesies
ini potensial tumbuh lebih besar. Buaya senyulong merupakan spesies buaya
terbesar di dunia. Panjangnya dapat mencapai 6 meter dan berperan besar sebagai
predator utama di alam.
Tingkah
Laku: Moncongnya yang pipih panjang sangat cocok untuk menagkap ikan, namun
sebenarnya senyulong adalah predator segala jenis binatang dari serangga sampai
mamalia. Anak buaya biasa makan kodok, tikus, ular kecil, dan lain-lain. Kalau
buaya besar bisa makan ular besar, biawak, kura-kura & kancil. Betina
biasanya siap kawin pada ukuran 2,5-3 meter. Mereka membangun sarang dari daun
kering atau lempung hingga setinggi 0,6 meter. Sekali bertelur 20-60 butir dengan
panjang telur sekitar 10 cm. Anak buaya menetas setelah 90 hari, namun karena
tidak lagi diurusi induknya, angka kematian sangat tinggi. Anak buaya biasanya
dimangsa babi hutan atau reptil.
d. Biawak
Klasifikasi
Filum : Chordata
Kelas : Sauropsida
Ordo : Squamata
Famili : Varanidae
Genus : Varanidae
Spesies : Varanus melinus (Biawak
kuning), V.dumeril, V.rudicolis
Habitat : Biawak melakukan aktivitas di hutan rawa, karena pada tipe habitat ini
biawak lebih mudah menjumpai mangsa yang sedang melakukan aktivitas mencari
makan dan minum di sekitar daerah perairan (Iyai dan Pattiselano 2005).
Tingkah Laku: Bentuk perilaku biawak yang sudah menjadi rutinitas harian adalah berjemur
(basking). Menurut Gumilang
(2002) basking dilakukan pada
pagi hari sekitar pukul 07.30-10.00 WIB dan menjelang sore hari pada pukul
15.30-17.30 WIB dengan lama waktu rata-rata berjemur 87 menit.
Menurut Bennet (1998), biawak biasanya
tidak bersosialisasi dengan binatang lain. Biawak mempunyai kemampuan untuk
mendeteksi kehadiran biawak lain dengan mencium bau yang ditinggalkan. Kegiatan
berkelahi dapat juga merupakan suatu cara untuk menguji kekuatan biawak tanpa
menimbulkan cedera yang serius terutama akibat gigitan. Biawak merupakan satwa
predator, yaitu satwa pemangsa atau pemakan daging (karnivora). Menurut
Bennet (1998) biawak memakan serangga, kerang, dan sisa-sisa ikan dari biawak dewasa,
sedangkan biawak dewasa memakan ular, penyu, telur dan anak buaya, burung,
katak, tikus, kera, rusa kecil, bangkai hewan dan bangkai manusia.
e.Rusa
Klasifikasi
Phylum
: Chordata
Subphylum
: Vertebrata
Classis
: Mammalia
Ordo
: Artiodactyla
Subordo
: Ruminantia
Famili
:
Cervidae
Subfamili
: Muntiacinae
Genus
: Muntiacus
Spesies
: Muntiacus muntjak
Habitat :
Kijang (Muntiacus muntjak) habitatnya di hutan tropika hingga mencapai
ketinggian 2000 m dari permukaan laut. Di wilayah India, Indonesia ke timur
sampai Jawa, dijumpai di Cina sampai Taiwan.
Morfologi :
Kijang (Muntiacus muntjak) mempunyai ukuran tubuh yang proporsional
karena antara ekstremitas dengan bagian tubuh yang lain ukuran tubuhnya
seimbang. Mamiliki pola warna tubuh bagian ventral berwarna coklat muda dan
bagian dorsal coklat. Glandula mammalia terletak pada daerah pelvis. Tipe
giginya lophodont karena termasuk hewan herbivora. Jika bergerak terdengar
secara derak-derak yang ditimbulkan oleh giginya. Kijang (Muntiacus muntjak)
jantan memiliki tanduk pendekyang dapat tumbuh bila patah. Tubuh bagian atas
berwarna cokelat kemerahan kadang lebih gelap disepanjang garis punggungnya.
Sedangkan, bagian bawah berwarna cokelat muda dan sering bercorak abu-abu.
Panjang kijang (Muntiacus muntjak) dari moncong sampai ekor mencapai
98-111 cm (dewasa). Tinggi bahu lebih dari 50 cm panjang rongga tanduk 73-130
cm panjang pedisel 69-149 cm, beratnya umumnya 20 kg, bertubuh kecil dan
ramping.
Tingkah Laku: Kijang (Muntiacus
muntjak) jika berlari akan nampak merunduk dan menggaruk kukunya di atas
permukaan tanah. Mereka juga menandai pohon dengan menggaruk batangnya dengan
menggunakan tanduknya dan gigi seri bagian bawah. Hewan ini aktif pada malam
hari, tetapi dapat juga sepanjang hari pada habitat yang tidak terganggu.
Kijang (Muntiacus muntjak) termasuk herbivora. Jenis makanannya yaitu
jenis rumput yang daunnya masih muda, daunan muda dan biji-bijian.
f.Burung Hantu

Kingdom
: Animalia
Phylum
: Chordata
Classis
: Aves
Subclassis
: Neornithes
Superordo
: Neognathae
Ordo
: Strigiformes
Famili
: Strigidae
Genus
:
Ketupa
Spesies
: Ketupa ketupu
Habitat :Burung
hantu (Ketupa ketupu) merupakan hewan nokturnal, lebih menyukai
daerah terbuka di luar hutan, lahan perhutanan, pekarangan,sawah atau pinggiran
sungai. Umumnya membuat sarang di atas sarang dan di atas ranting pohon yang
tinggi serta jauh dari pemukiman penduduk.
Morfologi :Burung
hantu (Ketupa ketupu) memiliki bulu yang lengkap dan paruh pendek.
Sayapnya panjang dan memiliki tipe jari terangkat dengan cakar runcing. Dilihat
dari bentuk kakinya, termasuk burung bertengger passerine. Spesies ini
mempunyai ekor pendek. Burung hantu (Ketupa ketupu) mempunyai
mata berwarna kuning terang sangat besar untuk ukuran burung dan mengarh ke
depan. Burung hantu (Ketupa ketupu) mempunyai mata besar dan menghadap
ke depan, tak seperti umumnya jenis burung lain yang matanya menghadap ke
samping. Bersama paruh yang bengkok tajam seperti paruh elang dan susunan bulu
di kepala yang membentuk lingkaran wajah, tampilan “wajah” burung hantu ini
demikian mengesankan dan terkadang menyeramkan. Apalagi leher burung ini
demikian lentur sehingga wajahnya dapat berputar 180 derajat ke belakang. Ekor
burung hantu (Ketupa ketupu) umumnya pendek, tapi sayapnya besar dan
lebar. Rentang sayapnya mencapai sekitar tiga kali panjang tubuhnya.
Tingkah Laku: Dipadukan dengan
perilakunya yang kerap mematung dan tidak banyak bergerak, menjadikan burung
ini tidak mudah kelihatan. Begitu pun ketika tidur di siang hari di bawah
lindungan daun-daun. Pada tengah malam hari, tidak henti-hentinya mengeluarkan
pekikan dari dalam liang dan mengeluarkan pekikan sambil terbang mengelilingi
sarang. Burung hantu (Ketupa ketupu) termasuk burung karnivora.
Burung hantu (Ketupa ketupu) mencari makanan pada malam hari makanannya
adalah serangga, kodok dan tikus.
g.Tupai


Kerajaan : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Mamalia
Ordo : Rodentia
Famili : Sciuridae
Genus :Tupaia
Spesies : Tupaia spp
Habitat :
Hutan tropis dan perkebunan.
Morfologi :
Tupai yang bertubuh kecil ramping. Panjang kepala dan tubuh sekitar 15 cm atau
kurang, ekor sekitar 18 cm (120% kepala dan tubuh). Bagian tubuh bagian atas
mirip bajing, berwarna coklat abu-abu hingga kekuningan, dengan bintik-bintik
bulu kehitaman. Di sekeliling mata dan di bahu terdapat warna kuning keputihan.
Emiliki ekor panjang dan melebar.
Tingkah Laku: Tupai aktif pada siang
hari (diurnal), terutama di waktu pagi. Tupai adalah hewan agak pemalu, tetapi
senang mencari makanan di pohon-pohon kecil atau perdu yang terbuka atau
setengah terbuka. Makanannya terutama aneka serangga
dan buah-buahan.
Mungkin juga memakan hewan-hewan kecil lainnya. Sering pula mengunjungi
pohon-pohon yang mati, untuk mencari serangga di balik kulit kayunya yang
mengering.

Klasifikasi
Kerajaan :
Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Mammalia
Ordo : Rodentia
Famili : Sciuridae
Genus : Callosciurus
Spesies : C. notatus
Filum : Chordata
Kelas : Mammalia
Ordo : Rodentia
Famili : Sciuridae
Genus : Callosciurus
Spesies : C. notatus
Habitat : Bajing ini hidup pada hutan tropis dan perkebunana.
Tingkah Laku: Bajing kelapa aktif di pagi & siang hari. Bajing ini sering
ditemukan berkeliaran di cabang dan ranting pohon, atau melompat di antara
pelepah daun di kebun-kebun kelapa dan juga kebun-kebun lainnya. Ia melubangi
dan memakan buah kelapa, yang muda maupun yang tua, dan menjadi hama kebun yang
cukup serius. Di samping itu, bajing kelapa juga memakan berbagai buah-buahan,
seperti nangka. Bajing kelapa melahirkan
anak hingga empat ekor, dan dapat beranak kapan saja sepanjang tahun.

Klasifikasi
Kerajaan :
Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Mammalia
Ordo : Chiroptera
Famili : Pteropodidae
Genus : Pteropus
Spesies : Pteropus vampyrus
Filum : Chordata
Kelas : Mammalia
Ordo : Chiroptera
Famili : Pteropodidae
Genus : Pteropus
Spesies : Pteropus vampyrus
Habitat : Hidup menyebar di Asia Tenggara
dan Kepulauan Indonesia bagian barat hingga Nusa Tenggara.
Morfologi : Kelelawar
buah berukuran besar. Kepala dan badan 300-340 mm;
telinga 40 mm; lengan bawah 190-210 mm; tidak berekor; rentang sayap
1.400-1.500 mm. Berat 645-1.100 mg. Punggung hitam dengan corengan abu-abu.
Bagian belakang kepala dan leher cokelat jingga; bagian kepala lainnya dan
tubuh bagian bawah cokelat kehitaman.
Tingkah Laku: Kalong kapauk aktif di malam hari (nokturnal).
Seperti lazimnya kalong, di siang hari P. vampyrus biasa berkumpul dalam
tenggeran dan membentuk koloni yang besar, hingga sekitar 100 individu, di pohon-pohon besar,
pohon-pohon mangrove,
dan juga di daun-daun nipah. Kelompok ini bergerak meninggalkan tenggerannya di
waktu senja, terbang satu persatu membentuk barisan panjang, tidak pernah dalam
kelompok yang rapat; kalong terbang dengan kepakan sayap yang lambat namun kuat
dan tetap. Kadang-kadang terbang jauh
untuk mencari pohon-pohon yang berbunga atau berbuah; mungkin pula bermigrasi
secara musiman sesuai dengan siklus musim bunga dan buah. Kalong
besar memakan nektar
dan aneka jenis buah-buahan, seperti halnya rambutan
dan mangga.
Kalong ini juga berfungsi sebagai penyerbuk bagi beberapa jenis pohon hutan dan
juga durian.
Hewan ini hidup di wilayah sekitar pantai hingga ke pedalaman, sampai ketinggan
tempat lk. 1.300 m dpl.
j.Beruang Madu
Klasifikasi
Kingdom
: Animalia
Phylum
: Chordata
Subphylum
: Vertebrata
Classis
: Mammalia
Ordo
: Carnivora
Famili
: Ursidae
Genus
: Helarctos
Spesies
: Helarctos malayanus
Habitat :Hutan
hujan tropis merupakan habitat utama beruang madu (Helarctos malayanus).
Morfologi :Beruang
madu (Helarctos malayanus) memiliki ukuran tubuh yang
proporsional karena antara bagian ekstremitas dengan bagian tubuh yang lain
ukurannya seimbang. Pola warna tubuh bagian ventral dan dorsal berwarna hitam.
Glandula mammalia terletak pada daerah pectoral, biasanya puting susu berjumlah
empat. Tipe giginya bonodont karena termasuk omnivora. Beruang madu (Helarctos malayanus) merupakan jenis
yang memiliki ukuran tubuh yang paling kecil dari famili Ursidae. Jenis ini
memiliki tinggi tubuh 1.000-1.400 mm, panjang ekor 30-70 mm dan berat tubuh
sebesar 25-65 kg, ukuran telinga 40-60 mm dan berbentuk melingkar dan panjang
kaki belakang 180-210 mm. Beruang madu (Helarctos malayanus)memiliki
perawakan tubuh yang pendek gemuk, moncong yang pendek, memiliki cakar
melengkung tajam yang kuat dan telapak kaki yang tidak ditumbuhi rambut.
Tingkah
Laku: Beruang madu (Helarctos malayanus) merupakan omnivora yang
memakan banyak jenis makanan. Makanan utamanya adalah serangga (terutama rayap,
semut, larva kumbang dan kecoak hutan). Disamping itu, juga makan berbagai
jenis buah-buahan. Mereka juga sangat suka dengan madu, terutama dari jenis
kelulut. Beruang madu (Helarctos malayanus) melahirkan di dalam batang
kayu yang bolong atau gua kecil dimana anaknya dilindungi, sehingga cukup besar
untuk mengikuti induknya dalam aktivitas sehari-hari.

Klasifikasi
Kingdom :
Animalia
Phylum :
Chordata
Class
: Aves
Order :
Coraciiformes
Family
: Bucerotidae
Genus
: Buceros
Species
: Buceros rhinoceros
Habitat : Tersebar luas di Sumatra dan Kalimantan.
Tidak umum di hutan primer, hutan tebangan, pinggir hutan, perbukitan, dan
pegunungan.
Makanannya terutama buah-buahan juga kadal, kelelawar, tikus, ular dan berbagai jenis serangga.
Makanannya terutama buah-buahan juga kadal, kelelawar, tikus, ular dan berbagai jenis serangga.
l.Ayam
Hutan

Kingdom :
Animalia
Phylum :
Chordata
Class
: Aves
Order :
Galliformes
Family
: Phasianidae
Genus
: Gallus
Species
: Gallus spp
Habitat :
Seluruhnya, ada empat spesies ayam hutan yang menyebar mulai dari India, Sri Lanka
sampai ke Asia Tenggara termasuk Kepulauan Nusantara. Keempat spesies itu adalah:
- Ayam-hutan merah, Gallus gallus
- Ayam-hutan srilangka, Gallus lafayetii
- Ayam-hutan kelabu, Gallus sonneratii
- Ayam-hutan hijau, Gallus varius
Dua jenisnya terdapat di Indonesia,
menyebar alami terutama di bagian barat kepulauan. Kedua jenis itu ialah
ayam-hutan merah, yang menyukai bagian hutan yang relatif tertutup; dan
ayam-hutan hijau, yang lebih menyenangi hutan-hutan terbuka dan wilayah
berbukit-bukit. Ayam hutan merah adalah moyang dari ayam peliharaan, sedangkan
keturunan dari persilangan antara ayam hutan merah dan ayam hutan hijau
menghasilkan ayam bekisar (putih) .
Tingkah
Laku: Ayam hutan adalah pemakan segala, meskipun cenderung sebagai pemakan biji-bijian. Namun
sebagaimana ayam umumnya, ayam hutan juga memakan pucuk-pucuk rumput,
serangga
dan berbagai hewan
kecil yang ditemuinya.
m. Kura-Kura

Kerajaan : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Reptilia
Order : Testudines
Keluarga : Testudinidae
Genus : Manouria
Spesies : M. Emys
Filum : Chordata
Kelas : Reptilia
Order : Testudines
Keluarga : Testudinidae
Genus : Manouria
Spesies : M. Emys
Habitat : Kura-kura hutan Asia
(Manouria emys) juga dikenal sebagai kura-kura cokelat Asia adalah spesies
kura-kura yang ditemukan di India (Assam), Bangladesh, Burma (Myanmar),
Thailand , Malaysia dan Indonesia (Sumatera , Kalimantan) . kura-kura ini ditemukan
di daerah beriklim dan berhabitat lembab yang dipengaruhi oleh hujan. Suhu dari
55 F – 85 F ( 13-29 derajat Celcius ) lebih disukai. Untuk bertahan hidup,
Manouria emys muda membutuhkan suhu harus di atas 65 F ( 18 derajat Celcius ).
Spesies ini juga lebih suka kelembaban sekitar 60 % – 100 %. Selain itu,
kura-kura ini tidak pernah keluar jauh dari sumber air, seperti kolam. M. emys
biasanya ditemukan di hutan tropis dataran tinggi yang lebih suka di kondisi
dingin dan lembab disbanding spesies kura-kura lainnya. ( McKeown , et al ,
1991; . Jacobsen dan Tabaka , 2004)
Morfologi : Kura
dewasa berwarna coklat gelap atau bahkan kehitaman dan hitam, karapas
coklat kekuningan, dengan tanda bidang motif berwarna coklat gelap . Beberapa karakteristik
dari cangkangnya membedakannya dari spesies lain . The scute serviks di kulit
kura-kura cokelat yang lebih pendek dan lebih luas bila dibandingkan dengan
kura-kura Asia lainnya.

Klasifikasi ilmiah:
Kerajaan :
Animalia
Filum :
Chordata
Kelas :
Mamalia
Ordo :
Karnivora
Famili :
Canidae
Genus :
Cuon
Spesies :
Cuon alpinus.
Habitat :
Ajag (Cuon alpinus) mendiami kawasan pegunungan dan hutan. Binatang
langka ini biasa membuat sarang di gua-gua dan liang yang tersedia. Anjing
hutan yang berbeda dengan serigala ini tersebar di kawasan Asia mulai dari
Bangladesh, Bhutan, Kamboja, China, India, Indonesia, Kazakhstan, Kyrgyzstan,
Laos, Malaysia, Mongolia, Myanmar, Nepal, Russia, Tajikistan, Thailand, dan
Vietnam. Di Indonesia ajag dapat ditemukan di pulau Sumatera dan Jawa.
Morfologi :
Ajak berperawakan sedang, berwarna coklat kemerahan. Di bagian bawah dagu, leher, hingga ujung perut berwarna putih, sedangkan ekornya
tebal kehitaman.
Tingkah Laku: Ajak biasa hidup
bergerombol dalam lima hingga dua belas ekor, tergantung lingkungannya. Namun,
pada keadaan tertentu, ajak dapat hidup soliter (menyendiri), seperti
yang ditemukan di Taman Nasional Gunung Leuser dan Taman Nasional Bromo (Pasuruan)
.


Kerajaan :
Animalia
Filum :
Chordata
Kelas :
Mamalia
Ordo :
Karnivora
Famili :
Viverridae
Genus :
Arctictis
Spesies :
A. binturong
Habitat : Binturung menyukai hutan-hutan
primer dan sekunder, hanya kadang-kadang saja ditemukan di
kebun
di tepi hutan. Hewan ini menyebar luas mulai dari dataran tinggi Sikkim
hingga ke Tiongkok
selatan, Burma,
Indochina,
Semenanjung Malaya, Sumatra,
Jawa, Kalimantan
dan Palawan.
Morfologi : Musang
yang berekor besar panjang dan bertubuh besar. Panjang kepala dan tubuh antara
60 – 95 cm, ditambah ekornya antara 50 – 90 cm. Beratnya sekitar 6 – 14 kg,
bahkan sampai 20 kg. Berambut panjang dan kasar, berwarna hitam seluruhnya atau
kecoklatan, dengan taburan uban keputih-putihan atau kemerahan. Pada
masing-masing ujung telinga terdapat seberkas rambut yang memanjang. Ekor
berambut lebat dan panjang, terutama di bagian mendekati pangkal, sehingga
terkesan gemuk. Ekor ini dapat digunakan untuk berpegangan pada dahan (prehensile
tail), sebagai ‘kaki kelima
Tingkah
Laku: Sebagaimana umumnya musang, binturung terutama aktif di malam hari.
Di atas pepohonan (arboreal) atau juga turun ke tanah (terestrial).
Kadang-kadang ada juga yang bangun dan aktif di siang hari. Meski termasuk bangsa Carnivora, yang
artinya pemakan daging atau pemangsa, makanan binturung terutama adalah
buah-buahan masak di hutan, misalnya jenis-jenis ara (Ficus spp.). Hewan ini juga memakan
pucuk dan daun-daun tumbuhan, telur, dan hewan-hewan kecil semisal burung
dan hewan pengerat.
p.Kancil


Kingdom
: Animalia
Filum
: Chordata
Subfilum :
Vertebrata
Kelas
: Mammalia
Ordo
: Artiodactyla
Famili : Tragulidae
Genus
: Tragulus
Spesies
: Tragulus javanicus

Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Mamalia
Ordo : Primata
Famili : Lorisidae
Genus : Nycticebus
Spesies : Nycticebus coucang
Filum : Chordata
Kelas : Mamalia
Ordo : Primata
Famili : Lorisidae
Genus : Nycticebus
Spesies : Nycticebus coucang
Habitat : Kukang
menyebar di wilayah-wilayah yang beriklim tropis
dan ugahari.
Habitat kukang terutama meliputi hutan-hutan hujan primer dan sekunder,
rumpun-rumpun bambu dan juga hutan-hutan
mangrove. Hewan ini menyukai tutupan hutan dengan tajuk yang tinggi
dan padat, meskipun beberapa spesiesnya juga didapati di habitat-habitat yang
terganggu seperti wanatani campuran dan bahkan kebun kakao
Morfologi : Kukang
adalah primata bertubuh kecil, kekar, dan berekor sangat pendek. Kepalanya
bulat, moncongnya meruncing, dan matanya besar. Rambut tubuhnya halus dan
lebat. Pola warnanya berbeda-beda menurut spesies —sehingga digunakan pula
untuk identifikasi, namun umumnya bervariasi dari cokelat kelabu pucat hingga
warna tengguli.
Sebuah garis cokelat berjalan dari ubun-ubun hingga tengah punggung atau
pangkal ekor. Biasanya terdapat lingkaran gelap yang mengelilingi kedua mata,
diseling oleh jalur pucat atau putih yang membujur di antara kedua mata hingga
ke dahinya. Di malam hari, matanya memantulkan cahaya obor dengan jelas.
Tingkah Laku: Kukang memanjat dan bergerak di antara ranting dan
cabang pohon dengan perlahan-lahan dan hati-hati; hampir tidak pernah melompat.
r.Kucing Hutan/Macan akar
Klasifikasi


Filum : Chordata
Kelas : Mamalia
Ordo : Carnivora
Famili : Felidae
Genus : Felis
Spesies : Felis bengalensis
Habitat : Hutan dan
kawasan bertetumbuhan di dekat perkampungan. Kucing ini mempergunakan sarang
yang dibuatnya di gua-gua yang kecil atau di liang-liang batu. Penyebarannya
luas, mulai dari Lembag Amur di Rusia sampai ke Cina, India dan Asia Tenggara.
Di Indonesia, kucing ini ditemukan di Sumatra, Jawa, Bali dan Kalimantan.
Morfologi : Kucing
Hutan/Macan Akar (Felis bengalensis): berukuran sama seperti kucing
rumahan, Bulu tubuhnya halus dan pendek Warnanya khas, yaitu kuning kecoklatan
dengan belang-belang hitam di bagian kepala sampai tengkuk Selebihnya
bertotol-totol hitam Pola warna ini sama sekali tidak terdapat pada
kucing-kucing liar lainnya. Bagian bawah perut putih dengan totol-totol coklat
tua. Ekornya panjang, lebih dari setengah panjang badannya. Kucing hutan selalu
tampak berkeliaran, sendirian atau berpasangan jantan dan betina.

s.Kodok Sawah
Klasifikasi
Kerajaan : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Amphibia
Ordo : Anura
Famili : Ranidae
Genus : Fejervarya
Filum : Chordata
Kelas : Amphibia
Ordo : Anura
Famili : Ranidae
Genus : Fejervarya
Spesies : F. Cancrivora
Habitat : Kodok yang sering
dijumpai di daerah berawa, khususnya dekat lingkungan buatan manusia: kebun yang becek, sawah, saluran air; namun
agak jarang di aliran sungai. Juga merupakan satu-satunya jenis amfibia modern yang
mampu hidup di daerah yang berair payau dan hutan bakau.
Morgologi :
Kodok yang bertubuh kecil sampai agak besar, gempal, dengan kaki yang kuat
dan paha yang berotot besar. Hewan jantan dewasa sekitar 60 mm dan betina
dewasa sekitar 70-80 mm; namun yang terbesar bisa sampai dengan 120 mm.
Tingkah
Laku: Kebanyakan aktif di waktu gelap dan pagi hari, di siang hari kodok
ini berlindung di balik rerumputan atau celah di pematang atau tebing saluran
air; dan tiba-tiba melompat ke air apabila hendak terpijak. Pada malam hari,
terutama sehabis hujan turun, kodok jantan berbunyi-bunyi memanggil betinanya
dari tepi air.
t. Macan Dahan

Kerajaan : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Mammalia
Ordo : Carnivora
Famili : Felidae
Genus : Neofelis
Filum : Chordata
Kelas : Mammalia
Ordo : Carnivora
Famili : Felidae
Genus : Neofelis
Spesies : N. Nebulosa
Habitat :
Daerah sebaran macan dahan adalah Asia Tenggara,
di hutan dataran rendah dan pegunungan di Republik Rakyat Tiongkok, Indocina,
India,
dan Semenanjung Melayu. Spesies ini telah punah di
alam bebas di Republik Tiongkok.
Morfologi :
Neofelis nebulosa adalah sejenis kucing
berukuran sedang, dengan panjang tubuh mencapai 95 cm. Spesies ini pada
umumnya memiliki bulu berwarna kelabu kecoklatan dengan gambaran seperti awan dan bintik hitam di
tubuhnya. Bintik hitam di kepalanya berukuran lebih kecil dan terdapat totol
putih di belakang telinga. Macan dahan mempunyai kaki pendek dengan telapak
kaki besar serta ekor panjang dengan garis dan bintik hitam. Macan dahan betina
serupa
Tingkah Laku: Macan dahan adalah hewan
nokturnal yang aktif berburu di malam hari. Hewan ini banyak
menghabiskan waktunya di atas pohon dan dapat bergerak dengan lincah di antara
pepohonan.

Klasifikasi
Kerajaan : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Mammalia
Ordo : Carnivora
Famili : viverridae
Genus : Paradoxurus
Filum : Chordata
Kelas : Mammalia
Ordo : Carnivora
Famili : viverridae
Genus : Paradoxurus
Spesies : Paradoxurus hermaphroditus
Tingkah
Laku: Musang ini
biasa hidup di dekat pemukiman, termasuk perkotaan, dan sering pula didapati
memangsa ayam
peliharaan di malam hari. Pada umumnya, musang melindungi diri dari
musuhnya dengan cara berpura-pura mati agar bisa mengelabui musuhnya. jika
musuhnya sudah pergi, musang akan pergi ke tempat lain.

Klasifikasi
Kingdom :Animalia
Filum : Chordata
klas : Aves
Ordo : Colombiformes
Famili : Columbidae
Genus : Geopelia
spesies : Geopelia Striata
klas : Aves
Ordo : Colombiformes
Famili : Columbidae
Genus : Geopelia
spesies : Geopelia Striata
Morfologi : Perkutut jawa memiliki tubuh berukuran kecil (21 cm). Tubuh
ramping, ekor panjang. Kepala abu-abu, leher dan bagian sisi bergaris halus,
punggung coklat dengan tepi hitam. Bulu sisi terluar ekor kehitaman dengan
ujung putih. Iris dan paruh abu-abu biru, kaki merah jambu tua. Hidup
berpasangan atau kelompok kecil. Makan di permukaan tanah. Kadang berkumpul
untuk minum di sumber air.


Kerajaan : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Reptilia
Ordo : Squamata
Famili : Pythonidae
Genus : Malayopython
Filum : Chordata
Kelas : Reptilia
Ordo : Squamata
Famili : Pythonidae
Genus : Malayopython
Spesies : M. Reticulatus
x.Ungko

Kerajaan : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Mammalia
Ordo : Primates
Famili : Hylobatidae
Genus : Hylobates
Filum : Chordata
Kelas : Mammalia
Ordo : Primates
Famili : Hylobatidae
Genus : Hylobates
Spesies : H. agilis
y. Siamang

Kerajaan : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Mammalia
Ordo : Primates
Famili : Hylobatidae
Genus : Symphalangus
Filum : Chordata
Kelas : Mammalia
Ordo : Primates
Famili : Hylobatidae
Genus : Symphalangus
Spesies : Symphalangus syndactylus

Klasifikasi
Kerajaan : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Mammalia
Ordo : Primates
Famili : Cercopithicidae
Genus : Macaca
Filum : Chordata
Kelas : Mammalia
Ordo : Primates
Famili : Cercopithicidae
Genus : Macaca
Spesies : Macaca fascicularis

Klasifikasi
Kerajaan : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Mammalia
Ordo : Primates
Famili : Cercopithicidae
Genus : Macaca
Filum : Chordata
Kelas : Mammalia
Ordo : Primates
Famili : Cercopithicidae
Genus : Macaca
Spesies : Macaca mulatta